FILSAFAT ILMU (2)

 

                                 ILMU FILSAFAT


Nama             : Herman Johanes Manurung

Nim                : 193020702041

Mata Kuliah   : Filsafat

Dosen            : Dr. R. Sally Marisa Sihombing, S. IP., M.Si

Soal

1. apa perbedaan ilmu yang bebas nilai dengan ilmu yang tidak bebas nilai ?

2. apakah manusia yang tidak mendapat Pendidikan tinggi dapat sebagai manusia yang berilmu?  

 Berikan jawabannya dalam satu ulasan essay sebanyak 3 halaman.

1.  Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan a higher level of knowledge maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerus pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya ilmu (pengetahuan), ilmu tentang ilmu (Wibisono, 2009:13). Berkenaan dengan filsafat dalam konteks kearifan hidup personal maupun kolektivitas tertentu,filsafat ilmu (Philosophy of Science) adalah sebuah refleksi kritis secara mendasar atas perkembangan ilmu, khususnya terhadap tendensi filsafat ilmu (Sutrisno, 2006:19), yaitu filsafat sebagai “pandangan hidup” atau weltanschauung. Hal ini berkaitan dengan upaya sekelompok manusia untuk merespon dan menjawab permasalahan pokok kehidupan manusia.

Bebas nilai sesungguhnya adalah tuntutan yang ditujukan kepada ilmu pengetahuan, agar ilmu pengetahuan dikembangkan dengan tidak memperhatikan nilai-nilai lain di luar ilmu pengetahuan. Tuntutan dasarnya adalah agar ilmu pengetahuan dikembangkan hanya dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus dikembangkan hanya semata-maa berdasarkan pertimbangan ilmiah murni (Keraf, 2001: 149). Maksud dasar dari tuntutan ini adalah agar ilmu pengetahuan tidak tunduk kepada pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan distorsi. Sesungguhnya tuntutan bebas nilai itu sendiri tidak mutlak, karena tuntutan agar ilmu pengetahuan bebas dari nilai tertentu, hanya berlaku bagi nilai lain di luar nilai yang menjadi taruhan utama ilmu pengetahuan, yang berarti sesungguhnya ilmu pengetahuan pada dirinya sendiri mulai peduli terhadap nilai tertentu, yaitu nilai kebenaran dan dalam kaitan dengan itu nilai kejujuran (Keraf, 2001: 150).

Ilmu bebas nilai (value of free); ilmu dan teknologi bersifat otonom, tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai. Semua kegiatan penyeledikan ilmiah harus didasarkan hakikat ilmu itu sendiri. Joseph situmorang  tiga factor indicator bebas nilai :

a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.

b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.

c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada pemansan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu.

Ilmu Tidak bebas Nilai

Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen Habermas berpendapat bahwa, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selalu ada kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing;

a.     Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.

b.    Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuan yang pertama, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuan ini adalah pemahaman makna.

c.     Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.

Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.

2. apakah manusia yang tidak mendapat Pendidikan tinggi dapat disebut sebagai manusia yang berilmu

Tidak, karena ada Sebagian orang yang memiliki pendiidkan tinggi namun tidak bisa memaksimalkan ilmunyaa dan ada juga yang tidak memiliki Pendidikan yang tinggi tapi memiliki ilmu hal disebabkan oleh ketekunan, akhlak dan pengalaman.

Salah satu contoh seperti Eka Tjicpta Widjaja dia dikenal sebagai bos perusahaan sinar mas, jnejang Pendidikan eka hanya sampai SMP. Tetapi eka tidak putus asa sejak remaja dia sudah menekuni bisnis hingga pada tahun 1972 eka memulai bisnis besar nya Bersama PT Duta Pertiwi dan ini adalah awal mula cikal bakal sinar mas.

Begitu juga dengan orang yang memiliki Pendidikan tinggi tapi belum bisa juga di bilang sebagai orang yang berilmu karena masih ada orang yang menempuh pendidiikan tinggi namun belum bisa memaksimalkan ilmunya, karena masih berfikir secara praktis, mendapat nilai tinggi, lulus tepat waktu pasti akan secara otomatis di panggil oleh perusaan untuk bekerja. Padahal apa yang kita lihat sekarang berbeda dari pemikiran praktis tersebut, di zaman sekarang ini mereka yang memiliki pendidikkan tinggi belum tentu bisa mencapai kesuksesan karena apabila di dalam menempuh Pendidikan masih kurang serius ataupun bermain-main jelas tidak akan bisa memaksimalkan ilmunya.

Dan juga apabila tidak mendapat Pendidikan tinggi disebut juga sebagai manusia berilmu, mungkin Sebagian orang yang beruntung seperti bos sinarmas tesebut dan beberapa orang di dunia ini, karena Pendidikan tinggi sangat penting untuk menambah wawasan dan pengalaman serta meningkatkan skill di dalam bidangnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal Filsafat Ilmu